Sudahkah Anda Tersenyum hari ini...????

Selasa, 07 September 2010

Hmm.....

Aku menggamit tangannya, dan melekatkan pada dadaku. "Tolong rasakan detakan jantungku.... biarkan detakan ini kamu rasakan juga"Ucapku padanya. Ia menatapku segan. "Jangan paksa aku, please?" jawabnya dengan nada memohon. Aku diam. Tak ada yang bisa kuucap saat itu. Gemuruh suara orang membuatku tak bisa menguasai keadaan. "Aku harus pergi sekarang....?"ucapnya membiaskan perasaan. Kali ini dengan nada sedikit memaksa. "Hyuufffss.........." aku menghirup nafas panjang, mencoba merasakan oksigen yang masuk ke dalam rongga-rongga jantungku. "Apa keputusanmu sudah bulat Cin..... untuk meningalkan aku. Meninggalkan semua kenangan tentang kita disini. Aku mohon sama kamu, tetaplah disini, bersama aku dan orang-orang yang menyayangi kamu?" pintaku memelas. Aku menatapnya lekat. Menatap ke dalam hatinya yang paling dalam. Ia menunduk. "Cin, jangan siksa diri kamu dengan keadaan seperti ini, kita perbaiki semua kesalahan yang ada dalam hubunga kita." Jelasku meyakinkan. "Aku mohon sama kamu...... " pintaku sambil berlutut. Ia masih diam. Dalam matanya menggenang air yang sangat bening. "Lepasin aku Ardan.....aku harus pergi sekarang......?" ia memintaku melepaskan tangannya. "Aku ga mau melepaskan tangan kamu, sebelum kamu berjanji sama aku...?"jawabku padanya. "Sudahlah, pesawat ku sudah mau berangkat, nanti aku telambat.....?"Ia mencoba melepaskan genggaman tanganku. "Cinta aku mohon sama kamu jangan bohongi perasaan kamu dengan cara seperti ini.... aku cinta kamu, cara apa yang bisa membuat kamu percaya sama kamu, bahwa aku benar-benar cinta kamu kamu....?"desakku padanya. "Mungkin ini bukan keputusan yang terbaik untuk kita, tapi aku harus pergi Ardan... Aku ga mau mengecewakan keluarga aku. Keluarga yang sudah membesarkan aku.... aku harus mewujudkan harapan keluarga aku." Jelasnya sambil melepaskan tangnku pelan. Aku diam. Kata-kata itu membuat aku tak bisa berkata apa-apa. "Tapi,,,, kenapa harus ke luar negri Cin, aku tahu tempat kuliah terbaik di Indonesia, kalau kamu mau aku bisa antar kamu...."Jelasku meyakinkan dan bersemangat. Ia diam dan tersenyum. "Ardan, cukup.... aku ga mau membuat kamu sedih seperti ini. Tolong jangan siksa perasaan kamu dengan kesedihan mu itu? Karena aku tak sanggup melihat kamu menangis." Ucapnya melemaskan tulang-tulangku. "Aku hanya ingin yang terbaik untuk kita Cin..." jawabku penuh harap. "Dengar, semuanya akan baik-baik saja..... aku yakin kamu disini pasti mendapatkn yang lebih baik dari aku, lebih menghargai perasaan kamu, lebih peduli sama kau, dan lebih mengerti keadaan kamu. Aku yakin kamu pasti bisa menjalani hari-hari tanpa aku. Sekarang pejamkan mata kamu, dan lupakan aku,,,,,, ?" jawabnya menghancurkan perasaanklu. "Baiklah kalau itu mau kamu, tapi ada satu hal yang harus kamu tahu, aku tak kan berpaling dengan siapapun selain kamu, aku akan menunggumu di sini. Di tempat dulu kita bertemu. " Ia tersenyum miris. Bulir air mata menetes jatuh ke tanganku. Begitu bening seperti hatinya. "Air mata ini adalah bukti bahwa kita saling mencintai.......?" ucapku sambil mengusapnya pelan. "Bolehkah aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya...?" pintaku padanya. Ia mengangguk dan menangis. Aku memeluknya erat. Mendekapnya penuh kehangatan. Dalam bahuku ia menangis tersedu. Mencurahkan kesedihan yang ada dalam hatinya. "Menangislah dipundakku cinta.....aku ingin di pertemuan kita yang terakhr ini, aku bisa memberikanmu kedamaian. " Air matanya membasahi kaosku. Ia semakin tak bisa menahan isak tangisnya, aku mengusap pundaknya agar ia tenang. "Baik Ardan, sekarang aku harus pergi, pesawat ku sudah menunggu..." ia melepaskan dekapanku. Dan aku membiarkannya. Aku mengangguk. "Pergilah..... aku mendoakan mu yang terbaik?" jawabku tersenyum sedih. "Maafkan aku,,,,,,,,,,,?" tuturnya terbata. "Aku cinta kamu Ardan, aku sangat menyayangi kamu, aku akan kembali untukmu...?" ucapnya sambil memelukku kembali. Aku diam. "Sudahlah... sekarang aku sudah tak sedih lagi, karena aku yakin, kamu bisa menjaga hati dan perasaan kamu untuk aku.?" Jawabku di tengah dekapanku.

Ia pun pergi,,,,,, dalam kehampaan hatiku, Hatiku terkoyak...... tak ada rasa untuk ini..... "Cinta jangan Kau pergi....?" ucapku lirih.

Tidak ada komentar: